Articles

2024-09-06
Karena Waktu Tidak Dapat di Ulang | Articles

Masa-masa riuh rendah pemilihan jurusah sekolah / kuliah baru saja usia.  Klien datang untuk dianalisa tulisan tangannya menanyakan jurusan yang sesuai dengan dirinya, untuk mengkonfirmasi ulang apakah sesuai dengan pilihannya dan juga untuk mencari second opinion.


Beragam chat, komen di zoom meeting, email seputar pemilihan jurusan sekolah.  Kurang lebih seperti ini..

Tiba-tiba saja muncul sekitar 20 bubble chat di whats app dari seorang Ibu yang ingin menanyakan Graphology untuk penjurusan kuliah. Sang Ibu sepertinya panik dan gemas karena anaknya belum juga menentukan pilihan jurusan kuliah.  Puluhan bubble chat muncul pertanda mamak lampu kuning menuju lampu merah mode on.  Anaknya masih bingung karena anaknya belum juga menentukan pilihan.  Berbagai macam test sudah di ambil, tapi si anak belum juga bisa menentukan sikap.  Test terakhir adalah dengan Graphology.

Ada juga yang mengirimkan tulisan tangannya namun berkomentar “kita lihat nanti deh, mengalirnya kemana, seketrimanya aja dimana” Aduh mak, kenapa begini…. 

Selain itu, ada juga seorang anak me-reply dengan “Tante, kayaknya sih bener semua analisanya, tapi aku belum ada ide mau nanya apa dan jurusan apa.  Aku nonton konser dulu yaa, mungkin habis nonton konser, dapet ide mau nanya apa tentang jurusan2 ituu….”.

Tapi ada juga yang mengatakan “aku happy2in aja deh, dijurusan ini, aku tau, jurusan ini bukan aku banget, tapi mau gimana lagi..” 

Beda lagi ketika meet up online membahas hasil analisa tulisan tangan dengan si Ibu dan Anaknya.

“mama kan udah bilang, kalo kamu tuhhh….………..mirip kan dengan hasil tante grafolooogg”

“aduuhh, samaaa hasilnya dengan 2 test lain” kok masih nggak percaya…

Banyak juga yang sangat suportif, walaupun anaknya masih malu untuk bertanya, tapi Ibunya membimbing perlahan bagaimana cara bertanya yang benar baik.


Penjurusan sekolah atau kuliah memang sebuah transisi yang cukup penting karena akanmelibatkan investasi uang, waktu, tenaga yang akan dikeluarkan demi masa depan yang sukses dan bahagia dan tentu saja segenggam berlian [haha…].  Sebuah transisi untuk memilih pathway kehidupan mana yang akan ditempuh untuk menuju hidup yang life contented.

Proses pemilihan menjadi penting karena proses pembelajaran diakan ditempuh tidak sebentar.  Selama +/- 4 tahun untuk S1 atau +/- 2 tahun untuk S2 kedepan, yang sebaiknya dan sudah semestinya menyenangkan, menstimulasi curiousity terus menerus serta memperkaya wawasan sehingga pada akhirnya kita yakin dan mantap dengan ilmu yang dipelajari daann ingin cepat mengimplementasikan didunia nyata.  

Sebagian orang akan meluangkan waktu untuk memikirkan strategi agar mendapatkan opsi terbaik dan sebagian orang memilih bersikap mengalir saja, mengikuti kesempatan yang datang.  Ada orang tua yang dari jauh hari sudah datang untuk membawa tulisan tangan anaknya, tapi ada juga yang datang disaat terakhir penutupan pendaftaran masuk kuliah.  

Sebagian anak beruntung memiliki kesempatan untuk eksplorasi, diskusi terbuka dengan Guru BK di Sekolah, Konselor, Psikolog, dan bertemu praktisi di area studi yang akan dipilih.  Namun ada pula yang tidak memiliki support system, tidak ada teman untuk berdiskusi atau lingkungannya acuh.  Ada juga yang selesai test minat bakat ya sudah saja, hasil testnya masuk kedalam laci.

Beragam karakter orang dalam mempersiapkan masa depannya.

Ada banyak factor yang mempengaruhi dalam mengambil keputusan seseorang.  Hasil analisa Grafologi dapat menjadi salah satu acuan dalam melihat sesorang dari sisi naturenya.  Seperti apa bentuk karakter dasar seseorang dan jurusan apa yang cocok bagi dirinya hingga ke jenis pekerjaannya.  

Jika seseorang lebih suka berhubungan dengan data dan kurang menyukai hubungan interpersonal maka klien akan lebih diarahkan ke jurusan seperti akunting, programmer, dll.  Jika seseorang memiliki kemampuan analisa yang kuat, dan cara berfikir yang komprehensif maka arsitektur dapat menjadi pilihannya.  Ada juga yang dari tulisan tangannya sangat menyukai kemandirian baik dalam berfikir dan bertindak maka area profesi yang memiliki skill sebagai expertise lebih cocok bagi dirinya dibandingkan bekerja di struktur.

Permasalahannya kira-kira bagaimana kalau belajar sesuatu yang ternyata tidak atau kurang tepat untuk dirinya, salah jurusan atau bahkan nggak suka sama sekali?  Bisa bayangkan sekolah 4 tahun tapi nggak suka atau kurang cocok atau salah prediksi dengan matkul nya.

Kalaupun sebagian orang terpaksa ambil jurusan tertentu, walaupun tidak suka atau kurang cocok tapi tidak ada pilihan lagi berdasarkan Neuroscience, synaps diotak kita akan menguat ketika kita latihan yang berulang-ulang. Artinya skill akan semakin membaik dengan latihan2 tersebut. Bila kita bukan tipe orang yang suka tampil tapi dengan latihan berulang, menjadi penampil yang baik bukan hal yang tidak mungkin.  Seseorang tanpa bakat art pun bisa menjadi seorang graphic desainer dengan melihat referensi dan latihan yang terus menerus. 

Tentunya selain menghargai progress yang kita buat dari hari ke hari, kita juga harus paham dengan standard yang diterapkan industry tertentu, yang suka tidak suka melibatkan Performance.  Sehingga sering kali kita mendengar ungkapan kok nggak capable dan reliable, sih?

Yang menjadi pertanyaan adalah kelak ketika bekerja, bagaimana dengan daya tahan ketika sudah masuk ke dunia nyata? Apakah anak tersebut bisa melangkah dengan cepat dan membuat lompatan2 yang outstanding? Bagaimana ketika ia harus berkompetisi dengan rekan kerjanya yang secara nature nya memang diarea tersebut, yang memiliki bakat alami ditambah dengan karakter konsistensi dan persistensinya.  


Seorang teman menceritakan ‘mengembalikan’ ijazah S1 nya kepada dosennya karena tidak suka dengan jurusan yang diambil.  “Aduh, selesai sidang S1, langsung gue balikin dit, ijazahnya ke dosen.  Kagak sukaaa..”

Tiing… sebuah pesan wa muncul,

“Tante… aku jadinya ambil jurusan ini.. doain lancar yaaa”

“okaayyyy, semoga lancar dan suksess ya sama sekolahnya, studynyaa”

Sambil merenung karena teringat si klien  memiliki karakter yang lebih suka merawat, compassion, atau lebih mengarah ‘giving’ kepada orang lain/lingkungan, sementara jurusan yang pada akhirnya menjadi pilihannya adalah yang berhitung untung rugi, argo profit dan lebih kea rah ‘taking’ dari lingkungan.  

Semoga saja, tidak ada episode ‘refund’ ijazah kelak…..


Semua kembali kepada tujuan dan prioritas kita masing-masing, asalkan jangan mengabaikan nature bakatmu.  Jelajahi dirimu sedini mungkin dan terus menerus, agar bisa mendapatkan yang selaras dengan sejatimu.